MAQAM DAN MARTABAT

Dalam ilmu thariqat menuju pendalaman bertasawuf ada di kenal istilah “maqam”, maqam di sini bukanlah bermaksud makam atau kuburan, akan tetapi amaknanya adalah suatu tempat kedudukan sasaran saat seseorang hamba berdzikir atau bertawajjuh terhadap Allah Swt.
Secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut, jika memang layak berpindah kepada maqam selanjutnya menurut keterangan guru pembimbing tersebut, barulah ia boleh naik dzikirnya pada maqam yang selanjutnya atau di atasnya, begitu seterusnya. 


  Maqamat ini mempunyai arti dan makna yang sangat luas dan mengandung sesuatu yang serba rahasia, namun ia pada dasarnya adalah sebagai sarana pengobatan penyakit hati (sifat madzmumah atau buruk), agar seseorang hamba tersebut dapat mengerti akan beberapa sifat kebaikan yang di anjurkan oleh Al-Qur’an dan Hadist Rasulullah Saw, tingkatan maqam ini jika berhasil amalan dzikirnya dapat menjadikan seseorang hamba mempunyai sifat dan budi pekerti yang baik dan di ridhai oleh Allah Swt, seperti ; taat, sabar, wara’, tawakkal, tawaddu’, ridha dan fanafillah, yang dapat pada akhirnya membuat seseorang ma’rifat dan mahabbah terhadap tuhannya.
 Martabat tujuh atau maqam yang 7 (tujuh) harus di lalui oleh seseorang hamba yang ingin mendekatkan dirinya kepada tuhannya, beberapa aliran thariqat sufi memang berbeda dalam menuntun pelajaran amalan dzikir ini kepada para jama’ahnya, lain thariqat lain pula caranya, namun tujuan tetap satu, yaitu menuju kepada Allah Swt dan hanya mengharapkan keridhaanNya semata, jika keseluruhan maqam ini berhasil di lalui oleh seseorang salik, maka salik tersebut akan mendapatkan perasaan khauf dan raja’, artinya timbul rasa takut dan timbul pengharapan kepada Allah Swt, ini rentetannya adalah bisa mencapai kepada mukasyafah, musyahadah dan timbul haqqul yakin yang sebenarnya terhadap Allah Swt.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui beberapa proses sebagai berikut :
  1. Taubat;
  2. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;
  3. Merasa miskin diri dari segalanya;
  4. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha esa;
  5. Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
  6. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
  7. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
  8. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
  9. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepadaNya;
  10. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
 
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka seseorang hamba akan muncul sifat berikut :
  1. Ketenangan jiwa;
  2. Harap kepada Allah Swt;
  3. Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
  4. Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
 
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa tingkatan maqam di bawah ini, tetapi melaluinya adalah amalan dzikir pada maqam yang 7 (tujuh), adapun hasilnya akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam sifat, yaitu :
  • Taubat;
  • Zuhud;
  • Sabar;
  • Syukur;
  • Khauf (takut);
  • Raja’ (harap);
  • Tawakkal;
  • Ridha;
  • Muhibbah.
Uraian Ma’rifat
Mengenal akan dirinya secara awal dan akhir dari segala setiap perbuatan adalah di namakan dengan Ma’rifat, yang berarti juga secara singkat adalah kenal, wujud ma’rifat ini adalah ketetapan hati untuk mulai beribadah kepadaNya, apabila seseorang hamba mau beribadah kepada Allah Swt dengan mengagungkan dan mensucikannya dari yang lain dan mengakui akan ke-ESA-an Allah Swt, maka ini di namakan dengan ma’rifat atau kenal.
Kami berpendapat bahwa ma’rifat adalah awal dari segala perjuangan seseorang hamba menuju kepada tuhannya, sebab dengan mengenal ketuhananlah makanya seseorang hamba mau beribadah kepadaNya, jika seseorang hamba belum kenal akan tuhan walaupun hanya sebatas pengakuan saja maka sudah tentu ia tidak akan mau beribadah alias ingkar, oleh karena itu kami berpendapat bahwa ma’rifat awal dari seseorang hamba menuju tuhannya, sedangkan yang akhir adalah Hakikat yang artinya Mengerti akan hal yang sebenarnya segala sesuatu.
Pada dasarnya dalam hati setiap manusia terselip akan kebenaran Allah Swt atas alam ini, tetapi hal ini di tutup oleh segala penyakit bathin yang di tiupkan oleh iblis dan syaithan, makanya dalam menuju kepada Allah Swt memerlukan perjuangan yang berat dalam melawan peperangan hawa, nafsu, syaithan dan dunia.
Setiap manusia jika mau beribadah sudah tentu nafsunya saat itu tenang, maka ini adalah termasuk kategori ma’rifat juga, sebab jika tiada ketenangan maka seseorang hamba tidak jua akan mau beribadah, oleh karena itu sudah sepatutnya seseorang hamba jika sudah ada berkeinginan untuk beribadah, maka sesungguhnya itu adalah hidayah dariNya, maka hendaklah di ambil kesempatan tersebut untuk berbuat taat yang kuat, agar dapat menyingkap kebenaran dari setiap kebesaran Allah Swt, di karenakan dengan hasil riyadhah yang sungguh – sungguh hal ini dapat di ketahui.
Keadaan yang kosong saat memasuki hakikat akan di isi oleh Allah Swt berupa ilmu pengetahuan yang tidak di sangka – sangkanya, ini merupakan tujuan akhir seseorang sufi bertasawuf untuk mengenalNya, dan atas segala sesuatu tersebut adalah karunia dan hidayah dariNya.
Uraian Taubat
Dasar amalan yang harus di lalui oleh seseorang dalam menuju tuhannya adalah sebagai awalnya yaitu maqam taubat, sebelum bertaubat secara sungguh – sungguh kepada Allah Swt, tidak akan bisa seseorang naik kepada maqam berikutnya, karena ia masih banyak mempunyai dosa – dosa ahasil maksiat baik di sengaja maupun tidak.
Taubat menurut sufi adalah senantiasa tafakkur dan khalwat menyepikan diri untuk menyadari akan segala kesalahan yang di perbuat kepada Allah Swt dan mohon ampun kepadaNya.
Menyadari bahwa maksiatnya banyak dan istighfar dengan sesungguhnya, taubat akan segala dosa, taubat akan segala tipu daya hawa dan nafsu dunia serta meningkatkan amal ibadah sebanyak – banyaknya guna menunjukkan bakti taubat yang sebenarnya.
Jangan buruk sangka kepada Allah Swt bahwa taubatnya tidak di terima, namun dengan keyakinan penuh harus yakin bahwa taubatnya di terima, karena Allah Swt maha penerima taubat hambaNya yang sungguh – sungguh.
Uraian Zuhud
Zuhud ini ada 2 (dua) macam, yaitu :
1.        Zuhud Zhahir, yakni zuhud dari cara yang berlebih – lebihan pada dunia dan pada segala perhiasan dunia, apalagi pada yang haram, makruh dan mubah.
2.        Zuhud Bathin, yakni zuhud dari segala kebutuhan bathin yang bersifat penampilan zahir pada dunia, seperti mengejar jadi pemimpin yang otomatis akan menghela kepada hawa, nafsu dan dunia, hal ini adalah pantangan yang sangat besar bagi seseorang sufi yang bertasawuf.
Zuhud ini dapat di timbulkan dengan melalui tafakkur dan merenung atau berpikir akan kebesaran Allah Swt, jika ia benar – benar memikirkan hal ini, maka ia akan dapat kesimpulan bahwa dunia hanya tempat bagi manusia yang selain Allah Swt tujuannya, dia menyadari bahwa dunia hanyalah sebagai persinggahan dan berupa ladang sebagai pencari bekal bagi akhirat yang kekal, tiada yang lain di dunia ini hanya berisikan kesedihan dan kekeruhan, serta terbuai akan tipu daya syaithan.
Maqam zuhud tidak akan dapat di capai oleh seseorang jika di hatinya masih ada sifat keduniaan yang berlebihan, cintanya hanya pada kenikmatan dunia tanpa di sadari bahwa nikmat dunia itu hanyalah di berikan Allah Swt sebagai sarana untuk ibadah kepadaNya.
Seseorang hamba yang ingin menuju kepada Allah Swt, harus bisa menafikan dunia dan isinya yang berlebihan itu hanya kepada Allah Swt saja, jika tidak maka ia tidak akan dapat mengenal dirinya apalagi mengenalNya, sirnakanlah sifat keduniaan yang berlebihan agar dapat merasakan nikmatnya maqam zuhud ini dalam menuju Allah Swt.
Uraian Sabar
Sabar terbagi 3 (tiga) menurut saya, yaitu :
1.      Sabar akan kehidupan dunia dari yang haram, dan menahannya atas dari segala sifat berlebihan;
2.      Sabar dalam menjalankan kewajiban terhadap Allah Swt berikut ujian dan cobaanNya;
3.      Sabar atas segala khayal dan angan – angan yang muncul saat menjalankan kewajiban taat tersebut.
Sabar ini sangat luas maknanya, namun yang paling penting adalah sabar akan ketetapan Allah Swt terhadap kehidupan dunianya, jika ini dapat di atasi maka akan memperoleh kemenangan dunia dan akhirat, dalam menjalankan ibadah kepadaNya juga di tuntut kesabaran yang penuh, karena tidak juga terlepas dari ujian dan cobaanNya dalam menguji hambaNya yang menuju kepadaNya, hijrahlah dari sifat buruk kepada sifat yang baik, ini memerlukan perjuangan bathin yang berat, sebab syaithan senantiasa membuat tipu daya walaupun dengan berlindung dari ketaatan dengan cara menyelipkan syirik dalam beribadah.
Bersabar terhadap yang haram, ini juga berat, sebab dalam kehidupan dunia, yang sifatnya haram adalah nikmat dan asyik, sementara pada beramal ibadah sangat terasa berat baginya, ini di tuntut kesabaran penuh juga, agar dapat menjalankan ibadah secara rutin tanpa ada gangguan yang bersifat ingkar kepada Allah Swt, jika seseorang hamba dengan penuh perjuangan menempuh alam kesabaran ini, maka Allah Swt akan menariknya kepadaNya dengan menambah tingkat kesabaran hambaNya tersebut.
Hati – hatilah dalam beribadah, karena saat menjalankan ibadah sangat banyak di temui khayal dan angan – angan yang merupakan selainNya, ini tidak lain adalah kerjaannya para Iblis, Jin dan Syaithan. Mintalah selalu perlindungan kepada Allah Swt akan hal ini.
Uraian Syukur
Syukur juga terbagi 3 (tiga) bagian, yaitu :
1.        Syukur secara lisan, maksudnya mengucapkan syukur terhadap Allah Swt secara langsung melalui ucapan;
2.        Syukur secara jasmani, maksudnya menyampaikan rasa syukur dengan bersifat ketaatan kepada Allah Swt;
3.        Syukur secara khafi, maksudnya syukur dengan mengakui bahwa Allah Swt maha pemberi nikmat atas segala makhluk ciptaanNya dan mengakui hanya daripadaNya nikmat tersebut datang kepadanya, ini di buktikan dengan ketaatan dan pengakuan secara bathin.
 Syukur ini berbentuk taat pada Allah Swt bagi orang yang berilmu, ia semakin meningkatkan ketaatannya kepada Allah Swt dengan perbuatan zahir dan bathin, Syukur merupakan anugerah tuhan yang tak terhingga, ruang lingkupnya sangat luas, mulai dari keduniaan sampai pada amal ibadah, sadarilah bahwa sesungguhnya yang memberi kekuatan untuk beribadah kepadaNya adalah Allah Swt, bukanlah merupakan kekuatan dan kekuasaan diri sendiri akan perbuatan tersebut.
Manfaat Syukur ini sangat besar nilainya di sisi Allah Swt, jika seseorang hamba dapat menunjukkan Syukur ini secara ikhlas maka Allah Swt akan senantiasa menambah karuniaNya terhadap hamba yang mau bersyukur.
Kenikmatan pada hakikatnya adalah dari Allah Swt, jangan sampai seseorang hamba melupakan akan hal ini, jika ia lupa maka ia tidak akan sampai pada tujuannya untuk menuju kepadaNya, karena hal ini adalah salah satu syarat untuk sampai kepada Allah Swt.
Jika seseorang hamba dapat menunjukkan rasa syukur yang suci murni alias ikhlas kepadaNya, maka Allah Swt akan menambah kenikmatan berupa mengerti akan diriNya, ini adalah karunia terbesar bagi seseorang hamba yang mengaku bahwa tiada tuhan selain Allah Swt
Uraian Khauf
Seseorang hamba yang pada maqam bathinnya mulai bersih dari segala sifat yang buruk, maka akan menimbulkan rasa takut, dan rasa takut ini harus di tekankan adalah hanya takut pada Allah Swt saja, bukan pada yang lainnya, takut ia akan tersalah, baik tersalah akan dunianya apalagi tersalah akan amal ibadah kepada Allah Swt.
Takutlah kepada Allah Swt akan hukumnya yang sangat adil kelak, karena Allah Swt sangat adil dalam menghisab setiap amal perbuatan manusia yang baik ataupun buruk, tunjukkanlah rasa takut tersebut dengan lebih meningkatkan ibadah kepadaNya, takut ini sangat dekat pengaruhnya pada khayal dan angan – angan pada diri bathin manusia, hal sangat mudah di intervensi oleh iblis dan syaithan bagi seseorang hamba yang tidak beriman, munculnya rasa takut adalah sesungguhnya karuniaNya juga, agar manusia dapat mengerti akan bagaimana rasa takut terhadap khalikNya tersebut.
Perasaan ini tidak dapat di buat – buat, jika muncul maka pindahkanlah rasa takut tersebut hanya kepada Allah Swt, jika demikian maka Allah akan dapat menambah karunia nikmatnya berupa kedekatan kepadaNya, karena dia adalah dzat maha pelindung bagi hambaNya.
Uraian Ridha
Meningkatkan tawakkal kepada Allah Swt adalah merupakan ibadah yang besar nilainya di sisi Allah Swt, dengan perjuangan berat menetapkan ibadah dengan istiqamah akan menghasilkan pengertian ridha akan setiap Allah Swt terhadap dirinya, Allah Swt maha menentukan atas hambaNya, hamba yang sudah ikhlas amal ibadahnya akan menimbulkan sifat ridha, ini adalah karunia Allah Swt terhadap hambaNya yang shaleh dan taat.
Ia menyadari bahwa setiap segala sesuatu atas dunia dan pada dirinya adalah pada dasarnya merupakan kehendak Allah Swt, ia ridha akan kehidupan dunianya, tabah atas segala ujian dan cobaanNya, pasrah akan perjalanan takdirnya tanpa memohon untuk merubahnya kepada Allah Swt.
Hamba yang sudah mencapai tahap maqam ridha ini akan selalu merasa bahwa Allah Swt selalu bersamanya, segala gerak dan diamnya adalah merupakan kehendak dan karunia Allah Swt, ia tidak akan merasa susah walaupun dunianya susah, ia lebih memerlukan kehidupan akhiratnya yang kekal, di sanalah setiap akhir dari segala sesuatu ciptaanNya.
Uraian Muhibbah
Perasaan tertinggi yang di karuniakan oleh Allah Swt terhadap hambaNya adalah cinta (muhibbah), martabat ini muncul setelah segala tingkat sifat yang buruk sudah menjadi sifat yang baik dari hasil akhir mal ibadah dzikir pengibatan penyakit bathin oleh seseorang hamba.
Segala sifat baik tersebut bisa menjelma menjadi sifat cinta hanya kepada Allah Swt saja, setiap amal perbuatannya hanya berdasarkan cinta kepada Allah Swt tanpa mengharapkan pamrih apapun juga, sebab segala sesuatu ibadah baginya adalah kebutuhan utamanya, sementara dunia baginya adalah sekedar sarana untuk beribadah semata, setiap rezeki telah di jamin secara nyata di dunia ini oleh Allah Swt, segala gerak lakunya adalah ibadah, ini menunjukkan cinta yang tinggi terhadap khalikNya.
Senantiasa menjaga yang haram atas zahirnya, baik mata, telinga, kaki, tangan dan lain sebagainya, bathinnya selalu berkekalan ingat dan dekat padaNya, penjagaan Allah Swt atas seseorang hamba tingkat ini adalah merupakan suatu karunia tiada ternilai harganya bagi manusia di dunia.
Jadikanlah ibadah merupakan makanan pokok di dunia, maka atas izinNya kita akan mendapatkan rasa cinta terhadap Allah Swt ini dengan sebenarnya cinta tanpa ada campuran cinta dunia, sebab jika di hati seseorang hamba masih ada cinta dunia, maka belumlah dapat di katakan hamba tersebut pada tingkat maqam muhibbah.
Uraian Hakikat
Hakikat bisa di artikan dengan “yang sebenarnya atas sesuatu”, ini merupakan ciri – ciri seseorang hamba yang sudah mengerti akan dirinya yang sebenarnya dengan mata hatinya yang bersih dari kotoran dunia dan penyakit bathin, jika penyakit bathin masih melekat pada hatinya maka ia tidak akan mengerti pada dirinya apalagi terhadap tuhannya.
Penyaksian dan pengertian atas segala sesuatu yang telah di tentukan dan di takdirkan Allah Swt pada setiap sesuatu di alam semesta dan isinya berikut rahasia – rahasianya adalah di namakan dengan hakikat, ini di dapatkan oleh seseorang hamba yang telah di berikan oleh Allah Swt atas segala riyadhahnya dalam beramal ibadah kepadaNya untuk meningkatkan keyakinan seseorang hamba terhadap khalikNya.
Mengerti akan hakikat ini di dasarkan dari hal sebagai berikut :
1.        Yakin akan segala ciptaanNya dan benar adalah Allah Swt yang menciptakan alam beserta isinya, ini di namakan dengan ‘Ainul Yakin’.
2.        Yakin dengan dasar pemikiran yang jernih akan melihat kebesaran Allah Swt pada alam beserta isinya, ini di namakan dengan Ilmul Yakin.
3.        Yakin dengan di dasari dengan hati yang bersih dari kotoran atas kebesaran Allah Swt atas segala ciptaanNya, dan kebenaran ini di saksikan langsung oleh hatinya bersama keimanan yang teguh berdasarkan juga atas keputusan yang masuk akal, artinya zahir dan bathin yakin dengan sepenuhnya atas kebesaran Allah Swt, ini di namakan dengan Haqqul Yakin.
Hal inilah tujuan daripada sufi dengan bertasawuf yang menghasilkan mata hati yang jernih akan kebesaran Allah Swt atas segala af’al, sifat, asma, dzat dan tajallinya pada alam dan segala ciptaanNya dengan tingkat iman tertinggi dari seseorang hamba, ini merupakan karunia hidayah Allah Swt terhadap hambaNya yang ridha akan segala ketentuanNya atas dirinya, atas pengalaman bathin ini maka akan dapat mempertahankan tingkat keimanan seseorang hamba.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai pembahasan maqamat tingkatan martabat seseorang hamba yang harus di lakukan untuk menuju Allah Swt dan keridhaanNya.